Pemanfaatan
Eceng Gondok
Eceng
gondok yang memiliki nama ilmiah Eichornia crassipes merupakan
tumbuhan air dan lebih sering dianggap sebagai tumbuhan pengganggu perairan.
Eceng gondok memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Dalam tempo 3–4
bulan saja, eceng gondok mampu menutupi lebih dar 70% permukaan danau. Cepatnya
pertumbuhan eceng gondok dan tingginya daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini
sangat sulit diberantas. Pada beberapa negara, pemberantasan eceng gondok
secara mekanik, kimia dan biologi tidak pernah memberikan hasil yang optimal.
Ada juga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa eceng gondok berpotensi
menghilangkan air permukaan sampai 4 kali lipat jika dibandingkan dengan
permukaan terbuka. Pertumbuhan populasi eceng gondok yang tidak terkendali
menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan dan tertutupnya sungai serta danau.
Selain
sisi gelapnya, tumbuhan yang aslinya berasal dari Brazil ini juga ternyata
memiliki sisi terangnya. Beberapa penelitian menunjukkan, eceng gondok dapat menetralisir
logam berat yang terkandung dalam air. Pada beberapa daerah, eceng gondok
bermanfaat sebagai bahan baku kerajinan tangan. Karena kandungan seratnya yang
tinggi, eceng gondok bahkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Di
Thailand, eceng gondok sudah menjadi komoditi petani, dibuat plot-plot seperti
pencetakan sawah-sawah di Jawa. Di negara gajah putih ini, eceng gondok juga
telah menjadi bahan baku industri kerajinan rakyat.
Bahan Baku Kerajinan Tangan
pengrajin
kerajinan Enceng gondok mengubah tanaman eceng gondok menjadi kerajinan
bernilai ekonomi tinggi. Kerajinan dari bahan dasar eceng gondok antara lain
berupa hiasan dinding, sandal, taplak meja, batal kursi dan dompet. Jika sudah
berbentuk barang kerajinan ini, kesan eceng gondok sebagai tanaman tak bernilai
pun sirna.
Awalnya
hanya membuat
kerajinan dari eceng gondok itu belajar orang, setelah itu dia belajar dan
mencoba mandiri, sementara produknya sendiri diekspor ke luar negeri antara
lain Amerika, Australia, Inggris dan terakhir Arab Saudi.
Lain
lagi dengan Pengrajin Kerajinan Enceng Gondok di salah satu tempat. Di yogyakarta
Banyak warga disana menekuni Bisnis Kerajinan Enceng Gondok dalam skala usaha
kecil dan Rumah tangga. Meski demikian ketekunan warga Jambu dalam menganyam
enceng gondok dan menghasilkan berbagai bentuk kerajinan mampu menghantar
produknya ke pasar Amerika Serikat, Belgia dan Australia.
Proses Pengeringan Enceng Gondok
Banyaknya
potensi alam tanaman enceng gondok dan peluang ekonomi yang cukup menjanjikan
membuat sentra kerajinan enceng gondok dibeberapa tempat. Hanya perlu lebih
diintensifkan lagi agar meningkatkan ekonomi bisnis usaha kecil dan rumah
tangga.
Jika
anda tertarik menekuni bisnis kerajinan enceng gondok, prosesnya tidak susah.
Proses membuat kerajinan enceng gondok:
Pertama, eceng gondok yang baru diambil dari sungai di jemur hingga
kering.
Kedua, Kemudian
batang eceng gondok yang telah kering dibentuk lembaran-lembaran kecil.
Ketiga, Lembaran
batang eceng gondok yang telah mengering inilah yang nantinya dianyam dan
dibentuk menjadi kerajinan sesuai yang dikehendaki. Selamat mencoba.
Proses
membuat kerajinan tangan dari serat alam menjadi kerajinan tangan meliputi
beberapa proses. Tanaman Pohon gebang
pertama kali dibelah, direndam,
danselanjutnya dijemur. Setelah serat
cukup kering kemudian dirangkai menjadi tali berukuran kecil. Dengan tali-tali
berukuran kecil tersebut siap dianyam menjadi kerajinan seperti tas, topi,
keranjang dan lain-lain.
Proses
selanjutnya adalah pewarnaan, pelapisan
tas bagian dalam, dan proses finishing seperti pemberin furnish dan memberikan
berbagai macam aksesoris. Berbagai macam kerajinan yang sudah melewati
proses-proses tersebut telah menjadi
kerajinan tangan serat alam yang siap untuk dipasarkan. Berikut beberapa contoh
produksi kerajinan tangan serat alam.
Di
tangan orang-orang kreatif, membludaknya populasi eceng gondok bukanlah sebuah
musibah melainkan sebuah anugrah. Di tangan orang-orang kreatif, eceng gondok
dapat disulap menjadi benda-benda yang sangat menarik dan berdayaguna, seperti
sandal jepit, tas cantik, kursi, dan lain-lain.
Pemandangan
tangan-tangan kreatif dalam mengubah eceng gondok bisa disaksikan. Menjelang
matahari terbenam, di pinggir jendela sebagian besar rumah yang memiliki lahan
yang lebar, jari-jari lentik perempuan muda dengan lincah menganyam helai demi
helai serat eceng gondok. Dengan ulet dan terampil, mereka menyulap helayan
eceng gondok kering menjadi sebuah tas. Dalam sehari, rata-rata setiap orangnya
mampu menyelesaikan lima tas anyaman. Setiap satu tas ia mendapat upah Rp 2.250
hingga 4.000. Dengan demikian, penghasilannya mencapai Rp 500.000 per bulannya.
Tas-tas
yang sudah tersebut ditampung pada seorang pengusaha. Dalam sebulan, tas yang
terkumpul bisa mencapai 1.500-2.000 tas. Kemudian, tas-tas tersebut dikirim ke
department store terkenal seperti, Sarinah Thamrin di Jakarta, berbagai art
shop di Bali dan Surabaya. Tidak hanya itu, tas-tas itu juga sudah diekspor ke
beberapa negara seperti Taiwan dan Malaysia. Setiap bulannya, sekitar 1.600 tas
ke dua negara itu dan umumnya dijual dengan harga minimal Rp 15.000.
Tidak
diragukan lagi, eceng gondok berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat.
Tidak hanya pengrajin, tambahan pendapatan ini juga dapat dirasakan oleh para
pengumpul eceng gondok dari rawa-rawa, sungai, atau waduk. Misalnya di
Kabupaten Simalungun, eceng gondok basah dihargai Rp 200 per kilogram dan eceng
gondok kering Rp 6.000 per kilogram (Malau, 2006). Selain dijadikan tas, di
Simalungun ini, eceng gondok dijadikan juga sebagai sandal, baki, topi, dan
barang-barang lainnya, kemudian dia jual di hotel-hotel dan lokasi pariwisata
Prapat.
Kisah
sukses pengrajin eceng gondok lainnya yang patut ditiru adalah bernama Lita.
Dia seorang pengusaha wanita dari Surabaya. Karena berkreatif memanfaatkan
produk yang ramah lingkungan itu, pada tahun 2000, dia pernah mendapat hadiah
kalpataru lingkungan. Pada awal usahanya, dia hanya membuat aksesoris rumah
seperti, tempat koran, tempat pinsil, tempat sampah, tas, tempat tisu, dan
souvenir kecil lainya. Pada perkembangan berikutnya, wanita yang telah memiliki
150 karyawan ini mulai mengembangkan bentuk meubel seperti sofa, meja, dan
produk lainnya. Karena bentuknya yang unik, produk-produk tersebut banyak diminati
dan diekspor ke Jepang, Italia, Kuala Lumpur, Belanda, dan Eropa dengan harga
yang cukup tinggi per unitnya. Sofa, misalnya, dapat dihargai Rp 4 – 15 juta
per unitnya.
Kesimpulan
Jelas
sudah, enceng gondok memiliki banyak manfaat, baik manfaat ekologi dan manfaat
ekonomi. Dari sisi ekologi, eceng gondok mampu meningkatkan kualitas air yang
tercemar. Berkat eceng gondok, logam berat dan polutan lainnya bisa diserap
dari ekosistem perairan. Dari sisi ekonomi, eceng gondok mampu memberikan
pendapatan tambahan bagi masyarakat. Di tangan orang-orang kreatif, tumbuhan
ini bisa berubah menjadi barang-barang yang bermanfaat (seperti sandal, tas,
bahkan sofa) sehingga bernilai ekonomi tinggi. Akhirulkata, eceng gondok
bukanlah musibah, melainkan anugrah.
Saya setuju dengan artikel diatas, bahwa furniture dengan bahan baku enceng gondok sangat cocok diaplikasikan untuk membuat indoor furniture, karena memberikan kesan alami pada ruangan.
BalasHapusKami Rotan Kita – Furniture Rotan & Art, menyediakan berbagai jenis furniture dari bahan rotan dan enceng gondok, seperti : kursi tamu, kursi teras, kursi makan, kursi santai, dan handicraft.
Untuk melihat-lihat lebih lengkap tentang produk kami, silahkan kunjungi website kami : RotanKita.com
Terimakasih.. :-)